Di benaknya seakan tersirat bagaimana agar dapat hidup layak berbarengan
tiga anaknya seperti warga yang lain. Harapan Haristan serta Kismiati
adalah hal yang manusiawi. Sebab, selama ini mereka hidup penuh
kesusahan. Bahkan untuk bertahan hidup, pasutri bersama tiga anaknya itu
cuma mengonsumsi daun singkong serta kangkung sejak bertahun-tahun
lalu.
" Kalau tidak ada uang untuk beli beras, terpaksa
makan daun singkong serta terkadang kangkung yang diambil dari rawa-rawa
saja. Itu kami makan tanpa nasi, " kata Haristan, waktu ditemui Okezone
di kediamannya.
Bahkan, atap rumah dari seng yang dihuni keluarga ini
banyak telah berkarat serta bocor. Sehingga bila hujan turun, mereka tak
bisa tidur dengan nyenyak serta selalu terasa khawatir. " Bahan rumah
saya ini diambil dari sisa pondok saat saya berkebun dulu. Ingin beli
bahan bangunan yang baru saya tidak ada duit.
Jangankan ingin beli barang bangunan, makan setiap hari saja saya bersama istri serta tiga anak saya saja sulit sekali, " ungkap Haristan dengan suara sedih. Ia berkisah, sebelum bermukim di Dusun I Desa Lubuk Sini, dirinya mendiami areal perkebunan di Desa Lubuk Sini. Tetapi setelah sebagian lama berdiam di kebun, dianya tergusur oleh salah satu perusahaan pertambangan di Kabupaten Bengkulu Tengah. " Saya dulu tak tinggal di sini, tapi di kebun.
Jangankan ingin beli barang bangunan, makan setiap hari saja saya bersama istri serta tiga anak saya saja sulit sekali, " ungkap Haristan dengan suara sedih. Ia berkisah, sebelum bermukim di Dusun I Desa Lubuk Sini, dirinya mendiami areal perkebunan di Desa Lubuk Sini. Tetapi setelah sebagian lama berdiam di kebun, dianya tergusur oleh salah satu perusahaan pertambangan di Kabupaten Bengkulu Tengah. " Saya dulu tak tinggal di sini, tapi di kebun.
Saat tinggal di kebun juga kami masih juga kerap makan pucuk ubi karena tak ada uang untuk beli beras, " ungkap Haristan.
Bantu Share Agar Dapat Perhatian Pemerintah Setempat